Minggu, 07 April 2013

Kita

Suara alarm memecah pagi buta pada hari ke delapan bulan ketiga di tahun tigabelas, bersahut-sahutan dari segala penjuru kamar. Aku membuka mataku dan segera membasuh diri dengan sejuknya wudhu pagi. Menghaturkan sembah sujud kepada Yang Maha Memiliki diriku. Melantunkan sebaris doa, untukku dan orang-orang yang aku sayangi yang masih bersama di dunia ini maupun Bapak Ibu yang telah damai di dunianya. 

Aku terduduk setelahnya. Diluar terdengar rintik air hujan ditingkahi lembut suara Leona Lewis dari musik playerku. Mataku menerawang ke langit-langit kamar, ingatanku hinggap pada sesosok yang akhir-akhir ini senantiasa mengisi hari-hariku, melengkapi kosong disebelah jiwa, setia memupukkan semangat dan membuat aku melupakan luka yang menganga sekian lama. Sosok yang tak pernah menjanjikan akan mengobati lukaku, namun dengan caramu aku melupakan luka itu, dan aku menyembuhkan diriku sendiri.  

Mencintai itu bukan tentang bisa memberikan segala yang terbaik dalam serba kecukupan namun memberikan segala yang terbaik yang mampu diberikan meskipun dalam kekurangan. Kemampuan untuk membagi semangat dan membangkitkan jiwaku yang letih. Memampukan diriku menguatkanmu disaat cobaan menghampirimu. Ikut merasakan manakala dirimu berbahagia. Ikut tertawa manakala aku bergembira. Ketulusanlah yang mempertemukan jiwa kita.

Meski terkadang tak sejalan, namun tak pernah terlintas untuk saling memaksakan. Tetap menggenggam erat  tangan, menggenggam erat hati. Saling menghargai dengan penuh ketulusan. Menyusuri jalan walaupun tak tahu dimana kan berujung. Lirih di hening malam, selantun doa, "Tuhan, ijinkan kami senantiasa berbahagia bersama"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar