Senin, 25 Juni 2012

Dimensi Cinta

Memandang setiap gerak, setiap tawa, setiap pilu yang diperdengarkan, menyulutkan hangat dalam rongga dada. Ingin menyapa, membagi tawa, mengusap lembut butiran-butiran nestapa, namun apalah daya. Kehangatan yang menyiksa karena tak pernah mampu terungkapkan. Kehangatan yang menjadi kobaran api. Tak bisa lagi membendung rasa, kian hari kian membakar jiwa. Sedemikian kuatnya hingga hembusan nafas cinta mampu menerobos rentang jarak, membelah lautan, memberanikan diri menyapa.

Tak seindah yang diharapkan, tak semudah membalikkan telapak tangan, Banjir bandang yang dikirimkan tak mampu meruntuhkan tembok keangkuhan. Berdiri kokoh pada tempatnya, tak sudi memandang walaupun dengan sepicing mata. Terlontar sinis dalam setiap kata. Kecewa. Namun rasa tak cukup bisa mengubah rasa menjadi satu kebencian. Rasa ini telanjur ada, pencarian itu telanjur menemukan pelabuhannya. Takkan terhenti asa hingga terjawab semua gundah gulana.

Bukan lagi banjir yang menggelora, namun tetes kesabaran yang terus mengalir yang akhirnya mampu meruntuhkannya. Keangkuhan itu luluh. Tembok itu runtuh. Meski berusaha menghindar, memuntahkan sejuta alibi, namun kata hati lebih lantang meneriakkan asa. Bertekuk lutut, menyerah pada takdir pertemuan jiwa. Meski wajah tak pernah bersitatap, jemari tak pernah bertaut, namun hati mampu berbicara, jiwa terasa telah satu. Pencarian itu menemukan pelabuhannya.

Tak ada yang kebetulan dalam setiap pertemuan jiwa, sudah dituliskan dengan siapa, dengan apa akan berjumpa. Tak perlu dikejar, tak perlu dihindari. Akan datang bila saatnya tiba, dan tak satupun jiwa mampu mengingkari ataupun menolaknya. Menjadi manusia, hanyalah menjadi lakon, obyek atas kehendakNya dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur.


Lovely June 2012
Dimensi cinta selalu mampu menembus ruang dan waktu




Kamis, 14 Juni 2012

Asa Terkembang


Kepak sayap lamban bergerak, menembus gemuruh badai di angkasa. Gelisah dalam penantian nan panjang. Bumi mana kan dipijak, jiwa mana kan berlabuh. Kesendirian perjalanan, menyusuri kebisuan yang sunyi, semua hanyalah kabut gelap dan kosong. Aku nyaris putus asa, mulut tak kuasa lagi berkata-kata. 

Dalam kelelahan yang luarbiasa, jiwa terdiam, terpejam pada satu keheningan malam. Satu keheningan panjang, yang membawa usapan lembut  kesadaran. Akan datang satu jiwa tuk melengkapi jiwa yang terbelah. Tak perlu di risaukan, kesabaran senantiasa menghadirkan keindahan pada akhirnya. 

Rajutan hari merangkai luka nestapa dan kekecewaan, namun senyum tetap terkembang kendati air mata mengalir, melengkapi hamparan kain kehidupan. Kain yang pucat tanpa warna, teronggok lemah. 
Masih bisa menari, masih bisa berkibar kendati pucat pasi. Jiwaku masih mencari.

Matahari beranjak tidur, hanyalah menyisakan semburat jingga di langit para dewa, diiringi symphoni angin berdesau, menuju satu malam yang mendamaikan jiwa. 
Ketika jiwa diujung pasrah, cahaya menerangi temaram bayang-bayang, angin membisikkan satu nama, menerbangkan aneka warna kehidupan.  Gemericik air menghanyutkan satu jiwa, membenamkan dalam palung hati yang terdalam. Menyulutkan api yang menghangatkan. Keindahan terangkai dalam setiap butiran kata. 

Kepak sayap kini menggelora, kain kehidupan menjadi berwarna, jiwa tak lagi mencari, hanyalah menanti. Menanti waktu kan tiba tuk menyongsong asa. Selamat datang dalam jiwaku, jiwamu.