Minggu, 04 Mei 2014

Raja Rimba Tanpa Tahta

Dia datang dengan langkah gemulainya. Hari itu dia sama sekali tak menampakkan sifat buas dan garangnya. Gelarnya nyaris hilang, karena wilayahnya nyaris musnah. Raja rimba, tak berkuasa lagi atas rimbanya. Kini, semua kekuasaan dipegang seutuhnya oleh manusia, atau tepatnya hawa nafsu manusia telah mengangkangi hak semua makhluk di bumi ini.

Mengaum pelan, namun masih mampu menggugah lamunanku. Kucing besar itu terbaring lunglai, menyembunyikan tajamnya kuku kuku dan taringnya. Hanya nampak sorot matanya yang mengiba. 

"Tolong kami, kami tak tahu di mana lagi kami akan tinggal setelah ini. Bila salahsatu dari kami berkeliaran di kampung manusia, pasti kami akan ditangkap lalu dikurung atau bahkan dibunuh oleh manusia. Sedangkan hutan tempat kami tinggal dari hari ke hari kian habis ditebangi oleh mereka. Jumlah kami tak banyak lagi, mungkin tak lama kami tinggallah cerita bagi anak cucumu, karena kami tak mampu lagi bertahan hidup. Lihatlah hutan kini telah menjadi padang padang tandus, pohon-pohon ditebang tanpa menunggu pohon lain tumbuh, binatang buruan yang seharusnya menjadi mangsa kami pun ditangkap dan dimakan manusia. Apakah kalian sudah begitu kekurangan makan sehingga jatah kamipun kalian makan juga, kalian memiliki lebih dari apa yang kami miliki, namun mengapa kalian tak pernah merasa cukup?
Kami tak mampu bicara bahasa manusia, namun tataplah kami dengan hatimu, dimanakah nurani kalian?"

Aku tak mampu menjawabnya, tapi sepertinya dia cukup paham dengan pikiranku. Aku tersenyum padanya. Temanku, masih ada meskipun tak banyak, manusia yang peduli pada kalian, dan kami mengirimkan do'a beserta cinta untuk kalian. Hiduplah dengan tenang dan damai, kami akan terus berdo'a dan berjuang. 

#untuk kalian harimau sumatra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar