Kamis, 14 Februari 2013

Rembang Petang

Senja di bulan kedua tahun 2013, hampir setahun aku berada di pulau seberang ini, hampir setahun pula aku mengetahui sosokmu. Anganku melayang jauh ke sebelas bulan lalu, ingatan yang senantiasa mengharu biru dan tak pernah bosan aku kenangkan. Meskipun aku tahu, kau tak pernah suka mengenang-ngenangkan masa masa itu. Biarlah aku yang menyimpannya.

Masih tersimpan dalam kotak mungilku, sebaris puisi sarat makna,
" senyuman itu tlah menjadi darah dan daging yang selalu melekat dalam tulangku,
  dan namamu kan selalu menjadi jiwa dalam setiap gerak dan langkah tubuhku,
  begitu juga dengan hatimu, kan menggema lewat nada dan sikap hidupku,
  menempuh perjalanan, dalam kesendirian,
  menapaki angan,
  menggenggam sebuah impian.. "
~Jogja 23 Juni 2012 18:56 wib~ 
Dan senjapun beranjak petang, aku harus berkemas-kemas dan menyimpan semua kenangan indahmu pada tempatnya, kan kujaga selalu, seperti janjiku padamu.. I love you.. ^_^

1 komentar:

  1. Karena KIta Terlalu Berbeda

    Waktu mengubah kita, dan jarak di antara kita.

    Mungkin juga mengubah rasa.

    Seringkali, prasangka hadir lebih dulu dari apa yang kita tangkap disesuaikan dengan perspektif masing-masing kita. Hingga akhirnya mengendap menjadi perasaan yang menyesakkan karena tak adanya konfirmasi. Seperti ketika kamu mengatakan membenciku di saat aku menyayangimu. Seperti ketika kamu berkata menyayangiku dengan caramu yang aku tangkap itu sebagai sebuah perasaan tak nyaman dan kebencian. Aku hanya tidak mengerti. Dan kali ini, lagi.

    Aku mengatakan pencapaian ini belum menjadi sesuatu yang membanggakan karena aku tidak melakukan apa-apa dan tidak menjalani proses apa-apa selain memberi apa yang dia minta. Dan kamu menangkapnya aku tidak bangga dengan hal itu yang ternyata juga mimpimu. Ketika aku berusaha merendah karena di mata banyak orang hal ini masih sangat diremehkan, kamu menangkapnya sebagai aku yang menyakiti perasaanmu. Aku minta maaf yang tidak mengetahui apa-apa tentang kamu. Pun kamu, juga tidak tahu banyak tentang aku.

    Seperti ketika dulu kamu mengatakan aku tidak pernah berjuang mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk memenuhi keinginan pribadi. Seperti ketika kamu mengatakan aku tidak pernah harus berjuang keras untuk menggapai mimpi. Kamu hanya tidak tahu karena memang aku tidak pernah memberi tahu siapa-siapa, kecuali lewat tulisan yang masih begitu samar.

    Kita hanya terlalu berbeda dalam menangkap makna. Persis seperti kamu yang mungkin beberapa kali merasa iri kepadaku, aku pun merasa sama persis ketika melihatmu. KIta hanya tidak saling tahu. Dan keras kepala mempertahankan pandangan dan ego masing-masing.

    Meski bagaimanapun, aku masih senang berteman dekat denganmu. Entah bagaimanapun pikiranmu tentang aku.

    BalasHapus