Minggu, 29 Juli 2012

Tunggu Aku Pulang

Sebelum beranjak tadi, sebenarnya kau menginginkan aku terlelap, agar kau tenang menyelesaikan semua tugasmu disitu. Namun, mata ini tak mau terpejam. Sepergimu, yang terdengar tinggalah bunyi-bunyian binatang malam, suara katak, jengkerik dan sesekali ditingkahi suara puja dan mantra-mantra dari penduduk hutan yang terdengar seperti gumaman ritmis. Sakral dan magis. Anganku menerawang jauh, mengembara menyusuri waktu ke waktu yang telah terlewati. Perjalanan hidup yang nyaris tanpa pola, "uripmu kui urip-uripan", demikian kata juraganku dulu kala tahu jalan hidupku. Hidup tanpa banyak pertimbangan, dan grusah grusuh kalau orang jawa bilang. Kerapkali gamang ketika memandang ke depan dan terlalu lama menoleh kebelakang, hingga tersiksa sendiri oleh kepedihan-kepedihan masalalu. Bodoh memang. Angan ini terlalu rumit memikirkan segala sesuatunya. Dalam sunyi seperti ini beribu tanda tanya menghujani angan. Tentang apa, tentang siapa, untuk apa dan bagaimana. Tentang segala hal, tentang kehidupan didepan sana. 

Aku masih terus berjalan. Hutan ini begitu gelap dan tak bersahabat. Menembus rerimbunan semak belukar, cahaya mentari hanyalah riap-riap kecil yang sesekali menelusup sela-seladedaunan yang nyaris menutup semua pandangan. Onak duri dan akar bahar yang menyembul disana-sini membuat kakiku harus tersandung dan terluka. Tapi, aku tak mau berhenti disini, aku harus memenangkan perjalanan ini.

Satu-satunya manusia, teman bercengkerama setiap hariku hanyalah dirimu, pun itu hanyalah suaramu yang terperangkap dalam kotak yang mereka sebut dengan nama telepon genggam. Selebihnya, sepi adalah sahabatku sepanjang waktu. Tak apa, meskipun sebentar, kehadiranmu selalu menenangkanku. Manakala gundah melanda, dirimu selalu memiliki cara untuk mennenangkanku, menggenggam jiwaku, meredakan semua pedih perih. Meskipun ragamu tak terjamah, tak tersentuh, tak terlihat, tapi hati bisa merasakan. Walau, aku dan kaupun tak pernah tahu, apakah ini dan bagaimanakah nanti, hanyalah perasaan bahagia satu-satunya yang aku dan kau rasakan saat ini. 

Dalam sepiku, aku kembali berjalan, sebentar lagi, aku berharap sebentar lagi, aku menyelesaikan perjalanan ini dengan sempurna, lalu pulang, kembali ke peradaban dengan penuh kemenangan. Tunggu aku.